Kamis, 15 Juli 2010

BELAJAR DARI RUSIA.

Jalan yang terbaik untuk itu adalah memperbanyak mengirim putra-putri terbaik bangsa untuk dating kerusia, menimba ilmu pengetahuan. Kita harus terbuka mengakui kemajuan dan keandalan teknologi Rusia, bukan sebuah impian, tetapi kenyataan.

Teknologi perminyakan dan gas, misalnya, hingga kini rusia masih terdepan. Begitu juga teknologi untuk mengekplorasi kekayaan alam lainnya, rusia masih terbilang kampiun. Dari perspektif ini, Indonesia mestinya banyak belajar dari rusia karena kita memiliki kesamaan yakni berlimpah dengan kekayaan alam.

Teknologi angkasa luar dan satelit hanya ada beberapa Negara besar yang bisa bersaing dengan rusia. Teknologi persenjataan dan pertahanan, apalagi. Masalahnya, fondasi ilmu murni: matematika, kimia, dan fisika di negri ini amat kuat. Ilmu nuklir, misalnya, karena itu adalah menu keseharian di berbagai universitas.

Hingga sekarang, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai universitas di rusia hanya sekitar 105 orang, sebagian terbesar adalah swasta dan mahasiswa yang menerima beasiswa langsung dari pemerintah rusia.

Angka ini jauh tertinggal apabila kita bandingkan dengan Malaysia, yang jumalh mahasiswanya mencapai angka 4000 orang, yang pada umumnya dikirim oleh pemerintah. Vietnam memiliki mahasiswa sekitar 6000 orang dan china mencapai 10000 orang. Beberapa tahun terakhir, Negara-negara afrika dan timur tengah gencar sekali mengirim mahasiswanya ke rusia untuk belajar berbagai bidang keilmuan.

Indonesia bisa memiliki bebagai keuntungan jangka panjang dengan kian memperbanyak mengirim pelajar dan mahasiswa ke Rusia. Kita bisa mediversifikasi sumber pengetahuan bangsa kita yang selama ini terkesan amerika, eropa, dan jepang sentries.

Dari perspektif ini, alih pengetahuan dan keterampilan teknologi rusia yang terkenal ketangguhan dan keandalannya tersebut bisa dengan mudah dan cepat ditranfer ke negri kita. Kedua, biaya pendidikan tinggi di rusia, untuk bidang tertentu jauh lebih murah dibandingkan dengan sejumlah universitas di tanah air.

Bidang humaniora, rusia juga adalah sebuah lahan persemaian yang bagus. Perkembangan kesenian di negri ini juga sangat tinggi. Ini bisa dimaklumi karena peradaban rusia jauh terentang ke belakang. Silih berganti tsar berkuasa di masa lalu, dengan gaya dan caranya masing-masing, kesenian rusia tetap memperoleh tempat.

Bagaimana dengan soal ideology marxisme dan leninisme yang kita haramkan itu? Tak perlu terlampau gelisah. Dogma ideologis kedua ajaran itu sudah dikebumikan dari kurikulum-kurikulum pendidikan rusia. Malah, partai komunis rusia sekarang tinggal memperoleh 11 persen suara pemilih, jauh tertinggal daripada partai persatuan milik putin yang meraih 65 persen suara.

Maka, dalam usia 60 tahun hubungan diplomatic Indonesia rusia, teringant satu pribahasa rusia : stary drug luchshe novyh dvuh (satu sahabat lama lebih baik daripada dua sahabat baru)

1 komentar:

  1. Kapan ya Indonesia mempunyai SDM yang cerdas seperti bangsa-bangsa maju lainnya...???
    Kalau soal SDA memang Indonesia tidak diragukan lagi. Tongkat aja bisa tumbuh menjadi tanaman...

    BalasHapus